Berikut adalah penulisan ulang artikel tersebut dalam bahasa Indonesia yang lebih natural, panjang, dan SEO-friendly:
**Meteor Memukau Langit Cirebon: Penjelasan dari Peneliti BRIN dan Penegasan Kondisi Gunung Ciremai**
Cirebon, Jawa Barat – Fenomena langit yang menarik perhatian banyak orang akhir-akhir ini, yaitu adanya benda langit bercahaya yang disertai dentuman keras yang terlihat di langit Cirebon, ternyata merupakan meteor. Hal ini dikonfirmasi oleh peneliti bidang astronomi (astrofisika) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rhorom Priyatikanto.
Menurut Rhorom, dentuman yang dirasakan saat meteor melintas adalah fenomena yang relatif singkat dan berbeda dengan aktivitas vulkanik. “Aktivitas kegempaan memiliki pola getaran yang sangat berbeda. Perbedaan ini memungkinkan kita untuk membedakan antara kejadian alam yang berbeda,” jelas Rhorom kepada Liputan6.com, Senin (6/10/2025) di Bandung.
**Membedakan Meteor dan Sampah Antariksa: Sistem Pemantauan BRIN**
Rhorom menjelaskan bahwa BRIN memiliki sistem pemantauan orbit yang canggih untuk mendeteksi potensi jatuhnya sampah antariksa ke Bumi. Sampah antariksa, yang biasanya berupa serpihan atau potongan satelit berukuran besar, memang berpotensi jatuh dan dapat terdeteksi oleh sistem ini. Namun, untuk meteor, BRIN tidak memiliki sistem pemantauan langsung.
“Kami mengandalkan jaringan internasional, seperti IAWN (International Astronomical Union’s Near-Earth Object List) dan CNEOS (Center for Near Earth Object Studies) dari NASA, untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai benda langit yang berpotensi menimbulkan risiko,” ungkap Rhorom.
**Bukti Visual dan Getaran: Konfirmasi Otoritas BMKG**
Berdasarkan video yang beredar dan rekaman getaran yang terukur oleh Stasiun BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) di Cirebon, otoritas BMKG cukup yakin bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh meteor yang jatuh. Meteor tersebut menghasilkan bola api yang spektakuler (fireball) dan dentuman keras yang dirasakan oleh banyak orang.
**Tidak Ada Survei Laut Jawa: Logika di Balik Keputusan**
Meskipun meteor tersebut terlihat dan terpantau di Cirebon, Rhorom menegaskan bahwa tidak ada rencana atau sumber daya yang dialokasikan untuk melakukan survei mendalam ke Laut Jawa sebagai titik terakhir jatuhnya meteor tersebut. “Meteor yang umumnya memiliki kandungan logam tinggi tidak akan bertahan lama di dalam air laut. Selain itu, pencarian batu di laut juga akan sangat sulit dan tidak efisien,” ujarnya.
**Kondisi Gunung Ciremai Stabil: Penegasan dari Badan Geologi**
Selain mengonfirmasi identitas meteor, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) juga memberikan penegasan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Ciremai tetap stabil. Alat pemantauan di pos pengamatan Gunung Ciremai merekam detik-detik suara dentuman keras saat meteor jatuh.
“Gunung Ciremai saat ini berada pada tingkat aktivitas level I atau normal. Pengamatan kegempaan dan visual menunjukkan kondisi yang stabil dan tidak ada indikasi peningkatan aktivitas vulkanik, seperti erupsi atau peningkatan tekanan magmatik,” kata Muhammad Wafid, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM.
**Kata Kunci yang Relevan:**
* Meteor
* BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
* Cirebon
* Sampah Antariksa
* IAWN (International Astronomical Union’s Near-Earth Object List)
* CNEOS (Center for Near Earth Object Studies)
* BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
* Gunung Ciremai
* Aktivitas Vulkanik
* Fenomena Langit
**Catatan:**
* Artikel ini diperpanjang dengan menambahkan penjelasan lebih detail dan konteks.
* Penggunaan bahasa lebih natural dan mudah dipahami.
* Ditambahkan kata kunci yang relevan untuk meningkatkan SEO (Search Engine Optimization).
* Struktur artikel diatur agar lebih mudah dibaca dan dipahami.
* Ditambahkan informasi mengenai organisasi yang terlibat (BRIN, BMKG, Badan Geologi).
Semoga penulisan ulang ini bermanfaat!